|


menarik senja ke peraduan
jingga direngkuh malam
pekat dililit kelam
terbenam
peistirahatan
dalam sujud maghrib penuh keinginan

hujan, akan mulai lagi mengisi rahim semesta
lalu angin membawa kabar,
"lekas kembali menghimpun diri!"
|


aku tenggelam di malam
ketika pekat meluruh di atasku

sendiri di bawah langit
dinginnya es
menyapa wajahku
dentang jam sesekali menggema

pada malam ini
aku mendengar kegelapan bernapas
aku merasakan keputusasaan tenang
mendengarkan keheningan

seseorang mungkin ada di sana
di kesepian meronta pekat
ya, mungkin seseorang ada di sana

entahlah.....

sunyi yang tergenapkan....

|



heningmu tersekap ku dekap
menggenapkan sunyimu di jemari hatiku

kelak, bila kau singgah dalam mimpiku
mungkin tak ada lagi air mata yang gugur
sebab itu telah usai dan rindu selesai dibekukan


* adegan di film naruto, saat shashuke pergi diiringi tangisan sakura.... >.<



gambar dari sini

..................

|

jika suara hujan
yang jatuh ke bunga carnation itu
dapat kau terjemahkan sebagai persinggahan
seperti itulah aku berulang

mungkin seperti itu
aku mengenali wangi parfummu….


luruh senja di antara ilalang

|


aku mencintai senja yang jatuh diam-diam
senja yang senantiasa menawarkan pagi
dan harapan untuk segera datang lagi esok hari

di senja itu,
aku menghadap tempatmu menatap,
lekat mengikuti jejakjejak masa lalu yang tersingkap…

bilapun saatnya selesai bagi senja itu untuk tiba,
aku akan terbang mengingatmu,
berharap terikat pada takdir,

karena disaat lupapun,
ku tak dapat melupakanmu..


gambar dari sini

sepi....

|

gambar dari sini

lentera terpagut sepi
melawan gelap yang merubung
lalui malam
lelah, kau bergumam

lentera, merebah jelaga
dalam malam yang hampir tak bersuara
hanya larik cahaya
bersahutan

sepi

Keindahan...

|

gambar diambil dari sini


pernahkah kau lihat fajar dan surya terbenam
tertambat di lereng bukit berangin itu..
yang datang dengan perlahan
dan menjelma denting lembut
seperti lagu klasik..

ku lihat april datang
dengan pesonanya..
membawa rumput semi
dan gerimis lembut..

lalu terdengar nyanyian
dari bunga merekah..
juga bisikan mesra dari laut nun jauh disana..

Pohon Bersendiri....

|

gambar dari sini

pernahkah kau termangu,
memandang sebuah pohon bersendiri di sana...
menatapi langit yang membeku ...

cabang yang menjelma lengan seorang gadis...
gemulai..
lenggok sebuah tarian...
alangkah cantiknya..!

dengarkan puisi...
dengarkan irama,
ada sebuah lagu..
tak lelah didendangkan...

iringi daun daun gugur..

sampai saatnya tiba..
ketika lelah berirama..
ketika tak ada burung yang bersandar...
ketika angin berlalu tanpa sempat menoleh..
ketika sunyi mendesir...

tinggal kerontang yang tersisa...!

ketika langit dan laut berpegangan......

|

gambar diambil dari sini



Laut di sana. Ya, laut biru di sana.
Duduk diam berpegangan pada langit.
Begitu tenangnya. Begitu menakjubkannya.
Langit berbagi biru pada laut, lalu jatuh cinta.
Kemudian saling diam, menyimpan perasaan untuk sebuah keindahan.
Akhirnya saya tahu mengapa langit selalu jatuh cinta pada laut.
Karena hanya laut yang memahami birunya langit.
Hanya laut yang tetap berada di sana meski mendung, hujan, angin berusaha menjaraki mereka. Bukankah hanya laut yang tetap menyimpan biru, meski langit sedang abu-abu?

hujan di kaca jendela....

|

aku mendengar gerimis hujan
di kaca jendela
bersenandung lembut
mengetuk-ngetuk kaca
dengan irama indah

dirubung sepi
duduk di sini diam-diam
disepanjang perjalanan ini

mendengarkan hujan
mengetuk lembut di jendela kaca

: hujan sedang mengejek kesendirianku...

saat senja, ku rindu...

|

gambar diambil dari sini

senja yang melapuk dimakan waktu

sesepi inikah?

warnanya pun tak sanggup lagi menutupi rindu....

bisikan rumput....

|
dulu kala..
banyak pengembara lewat di jalan ini..
di tepi kita sekarang bepergian..
mereka yang berani
menantang panas..
melawan dingin malam..
membawa apa yang mereka punya,
membelah gunung,
menyusuri lembah,
menyeberangi sungai,
dan melalui padang rumput..
terseok oleh kaki mereka sendiri..
membawa harapan,
mengejar mimpi,
walau kematian berganti hari..
dan suka cita hanya bualan..
mereka meredam rasa sakit itu..

ketika yang ditinggal terlupakan,
dan yang dikunjungi terabaikan..
dan hidup hanya daun kering tertiup angin..
yang tersisa hanya kehampaan..

tapi lihat,
rumah mereka masih berdiri..
dengarkan suara pantulan itu
suara anak anak mereka,
suami atau isteri mereka..
orang tua mereka..
sst..diam dan dengarkan..
pantulan suara itu..
cerita masa lalu itu..
akan terdengar sampai kapanpun..

begitulah bisikan rumput
sepanjang jalan itu...

Sehelai Daun

|
Jika aku menjelma sehelai daun, aku ingin menjadi daun di pohon yang tinggi. Hingga bisa kupandangi dunia ini.
Bila malam tiba, aku akan berdekatan dengan bulan yang memelukku dengan sinarnya.
Bila pagi menjelma, embun pun akan datang melukisku dengan lembut.
Lalu aku akan bergoyang bersama angin di musim semi, dan menikmati tetes air pada musim hujan.

Semua daun akan berubah warna, aku tahu itu.
Tak mengapa, warna daun toh akan memberikan keindahan pada dunia.

Jika aku bisa memilih pada hari dimana aku akan jatuh.
Aku akan memilih di pagi hari saat Oktober. Dimana, saat itu angin datang memanggil, dan matahari menyiramiku dengan cahaya keemasan yang mengalir di sela sela dedaunan laksana madu.
Keindahan akan menemaniku saat aku melayang, ringan, terjatuh dari pohon...begitu tenang...lalu perlahan berbaring beristirahat disini...di tanah ini...