dulu kala..
banyak pengembara lewat di jalan ini..
di tepi kita sekarang bepergian..
mereka yang berani
menantang panas..
melawan dingin malam..
membawa apa yang mereka punya,
membelah gunung,
menyusuri lembah,
menyeberangi sungai,
dan melalui padang rumput..
terseok oleh kaki mereka sendiri..
membawa harapan,
mengejar mimpi,
walau kematian berganti hari..
dan suka cita hanya bualan..
mereka meredam rasa sakit itu..
ketika yang ditinggal terlupakan,
dan yang dikunjungi terabaikan..
dan hidup hanya daun kering tertiup angin..
yang tersisa hanya kehampaan..
tapi lihat,
rumah mereka masih berdiri..
dengarkan suara pantulan itu
suara anak anak mereka,
suami atau isteri mereka..
orang tua mereka..
sst..diam dan dengarkan..
pantulan suara itu..
cerita masa lalu itu..
akan terdengar sampai kapanpun..
begitulah bisikan rumput
sepanjang jalan itu...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
rumput ternyata lebih sensitif indera-nya ketimbang manusia yang menganggap diri sebagai mahluk paling sempurna.
hm...terasa sedang duduk di rerumputan membaca puisi ini.
Puisinya bagus mbak..., ini rumah puisinya mbak Tisti ya..?
berkunjung di rumah baru .....
diawali dengan puisi yang indah.
bahkan helai daun pun menyimpan memori, untuk menjadi saksi di hari nanti ...
hehe
sebuah bisikan yang berguna bagi kita semua
Posting Komentar
Bisikan pada daun....